Permohonan MAAF yang TERINDAH

 


PERMOHONAN MAAF TERINDAH *)

KASUS rasis yang dialami seorang aktivis HAM, Natalius Pigai, baru-baru ini mengingatkan kita kembali betapa pentingnya bersikap toleran terhadap perbedaan suku, ras dan antar golongan. Bahwa semua manusia diciptakan sama oleh Allah SAW, tak ada ras superior atau inferior, kecuali taqwanya. 

Jauh sebelumnya, ada kisah indah di jaman Rasulullah saw tentang masalah rasis ini. Yang mengingatkan kita betapa Islam membenci sikap rasis. Sikap yang dapat menghancurkan perdamaian dan keadilan, seperti yang terbukti sepanjang sejarah peperangan di dunia. 

Suatu ketika, para sahabat berkumpul di sebuah majelis, waktu itu Rasulullah saw tidak bersama mereka.

Ada Kholid Bin Walid, Ibnu 'Auf, Bilal dan Abu Dzar di majrlis itu. Mereka sedang membicarakan sesuatu.

Abu Dzar mengemukakan pendapatnya dan berkata : 

"Menurutku.. pasukannya mestinya begini dan begitu."

Bilal menyanggah: "Tidak. Itu usulan yang keliru."

Abu Dzar membalas: "Hei, anaknya orang kulit hitam, engkau berani menyalahkanku.. .??!!"

Bilal lalu berdiri, marah dan menyesalkan perkataan sahabatnya, dia lalu berkata:

"Demi Allah ... aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah saw!"

Bilal tiba di hadapan Rasulullah saw sambil mengadu : "Wahai Rasulullah... tidakkah engkau mendengar apa yang dikatakan Abu Dzar kepadaku?"

Rasulullah bertanya: "Apa yang dia katakan padamu?"

Bilal menjawab: "Dia mengatai aku, 'Hei, anaknya orang kulit hitam..!'.

Wajah Rasulullah saw kemudian berubah, pertanda gusar.

Abu Dzar mendengar hal ini. Dia bergegas ke masjid dan menyapa Rasulullah saw : "Assalamu 'alaikum warohmatullohi wabarokatuh ... Ya Rasulullah."

Setelah menjawab salam, Rasulullah berkata : "Wahai Abu Dzar ...  Memang ada yang salah dengan ibunya Bilal?, engkau menta'yirnya (menghinanya). Sungguh pada dirimu ada sifat jahiliyah..! "

Abu Dzar sontak menangis, dia mendekat kepada Rasulullah dan berkata: "Wahai Rasulullah ... mohonlah kepada Allah agar mengampuniku."

Sambil menangis dia keluar dari masjid menemui Bilal yang sedang berjalan.

Dia lalu membaringkan kepalanya, sampai pipinya menempel ke tanah dan berkata: "Wahai Bilal... demi Allah... aku tak akan mengangkat kepalaku sampai engkau menginjak kepalaku dengan kakimu... engkau adalah orang yang mulia dan aku orang yang hina..!"

Menyaksikan itu, Bilal menangis... dia mendekati sahabatnya, mengangkatnya, mencium pipinya dan berkata : "Demi Allah ... aku tak akan menginjak wajah yang pernah bersujud kepada Allah."

Mereka berdua berpelukan sambil menangis.

Kisah indah yang mengingatkan kita tentang kasih sayang antar sesama manusia walau berbeda ras.

Juga tentang pentingnya saling memaafkan. Sebab mungkin ada di antara kita yang menyakiti saudaranya, sengaja atau pun tidak sengaja, dan gengsi mengatakan: "Maafkan aku... wahai saudaraku."

Sebagian lagi, melanggar kehormatan saudaranya dan menzhaliminya karena berbeda pandangan dan asal usul, tapi malu mengatakan: "Aku menyesalinya."

Padahal, memaafkan dan meminta maaf adalah tradisi orang-orang yang mulia dan dicintai Allah SWT.

Padahal menghargai dan menghormati orang lain yang berbeda suku, agama, dan ras adalah ciri orang yang bertaqwa.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ


"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti" (QS. Al-Hujurat, Ayat 13).


*) Penulis : Satria hadi lubis

Subscribe to receive free email updates: