Guru dan Murid Rukun Meski Berbeda Pendapat

Perbedaan pendapat sering menjadikan situasi tidak menyenangkan bahkan menjadikan permusuhan meskipun dengan sahabat sekalipun. Namun kisah teladan berikut sangat menyentuh hati dan menginspirasi kita untuk meneladani dan menjadikan pengingat bahwa perbedaan pendapat adalah keniscayaan yang harus dibarengi dengan kedewasaan dalam bersikap. Kullu ra'sin ra'yun. Bahwa setiap kepala (orang) mempunyai pendapat, inilah yang juga menjadi bahan untuk berfikir dan bersikap dewasa.

Guru dan Murid Rukun Meski Berbeda Pendapat

Seorang guru, Imam bin Malik bin Anas, atau sering kita kenal dengan Imam Maliki, beliau adalah pendiri mazhab Maliki. Memiliki murid yang bernama Asy-Syafi'i, yang juga sebagai pendiri mazhab Syafi'ii.

Suatu ketika Imam Maliki (guru Imam Syafi'i) dalam suatu majelis menyampaikan,

"Sesungguhnya rezekii itu datang tanpa sebab, cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan memberikan rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah mengurus lainnya"

Mendengar ilmu yang disampaikan seorang gurunya, Imam Syafi'i justru berpendapat lain,

"Seandainya seorang burung tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin ia akan mendapat rezeki"

Guru dan murid itupun bersikukuh dengan pendapatnya masing-masing. Dan bersikukuh dengan alasannya masing-masing.

Suatu saat tengah meninggalkan pondoknya, Imam Syafi'i melihat serombongan orang sedang memanen anggur. Beliaupun membantu petani anggur itu untuk memanen anggur tersebut. Setelah pekerjaannya selesai, Imam Syafi'i memperoleh imbalan beberapa ikat anggur sebagai balas jasa.

Imam Syafi'i girang, bukan karena beliau mendapatkan anggur tersebut, akan tetapi karena pemberian anggur itu telah menguatkan pendapatnya. Jika burung tidak keluar dari sarangnya, bagaimana ia akan mendapatkan rezeki. Seandainya dia tidak membantu memanen anggur tersebut, tentu saja anggur tersebut tidak akan pernah sampai ditangannya

Bergegas dia menjumpai sang gurunya, Imam Malik. Sambil menaruh seluruh anggur yang ia dapatkan  didepan sang guru, angar bisa dicicipi bersama lantas ia bercerita, 

"Seandainya saya tidak keluar pondok dan melakukan sesuatu (membantu  petani memanen anggur), tentu saja anggur itu pun tidak akan pernah sampai di tangan saya"

Mendengar itu, Imam Malik tersenyum, seraya mengambil anggur dan mencicipinya. Imam Maliki berucap berlahan,

"Sehari ini aku memang tidak keluar pondok, hanya mengambil tugas sebagai guru, dan sedikit berpikir alangkah nikmatnya kalau dalam hari yang panas ini aku bisa menikmati anggur... tiba-tiba kamu datang sambil membawakan beberapa ikat anggur untukku. Bukankah ini juga bagian dari rezeki yang datang tanpa sebab. Cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan berikan rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah yang mengurus lainnya"

Sang guru dan murid itupun kemudian tertawa. Dua Imam Mazhab yang faqih dan 'alim, mengambil dua hukum yang berbeda dari hadits yang sama. Maasya Allah.

Begitulah seharusnya, cara seseorang jika mendapatkan perbedaan, bukan dengan cara menyalahkan orang lain dan membenarkan pendapatnya saja, namun cara perberfikir dan bersikap yang sama (mulia) itu yang harus dilakukan. Wallahu a'lam bishawab.




Subscribe to receive free email updates: