Program 5 Hari Sekolah, EFEKTIFKAH ?

Yogyakarta, sebuah kota besar di Nusantara yang selalu sayang untuk dilupakan begitu saja. Predikat sebagai kota pelajar menjadi alasan kota ini selalu menjadi tujuan para migran temporer. Alasan mereka tentu sebagian besar untuk melanjutkan studi mereka ke sekolah favorit maupun kampus-kampus unggulan di kota pelajar ini. Kentalnya predikat sebagai kota pelajar bagi kota kita ini, juga menjadi acuan dan trend setter bagi pendidikan di kota-kota lainnya. Setidaknya sering menjadi salah satu barometer pendidikan di negeri ini. Diantara isu besar yang masih bergulir saat ini adalah berjalannya kebijakan sekolah 5 hari saja. Efektifkah ? anda tentu memiliki opini sendiri, namun perkenankan saya akan paparkan opini terkait bahasan ini.

Program 5 Hari Sekolah, EFEKTIFKAH ?

Baca juga : Songsong Sukses UN-SNMPTN 2018 
Berawal dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy menerbitkan Peraturan Menteri (Permend) terkait program lima hari masuk sekolah, beberapa sekolah yang berada di bawah Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (DIKPORA) DIY, memiki respons yang berbeda-beda dalam menanggapi Peraturan Menteri tentang lima hari masuk sekolah. Hal ini bukan karena tanpa sebab, tetapi karena alasan mendasar yakni belum semua sekolah siap untuk menerapkan permen Menteri Pendidikan ini. 

Terbukti ada beberapa sekolah yang memang sudah siap melaksanakan program lima hari masuk sekolah, karena sekolah ini memang sudah sejak awal melakukan program full day dan efektif hanya lima hari saja, sedangkan hari Sabtu dimanfaatkan sebagai hari gali potensi, life skill dan program lainnya. Sehingga mereka tidak kesulitan untuk menerapkan kebijakan ini. Sekolah-sekolah semisal ini adalah kebanyakan sekolah swasta, seperti Sekolah Islam Terpadu, Sekolah Muhammadiyah dan lain-lain.

Namun bagi sekolah-sekolah negeri tentu memiliki masalah yang rata-rata seragam, yakni sarana-prasarana yang harus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan belajar mengajar pagi sampai sore untuk dewan guru karyawan sampai para siswa. Masalah yang lain adalah perlunya revisi jadwal kegiatan belajar mengajar dan ini tentu juga masalah yang tidak mudah meskipun untuk guru-guru PNS. Belum lagi dari para siswa yang terbiasa dengan setengah hari saja misalnya. Mereka sampai jam 12.00 saja masih banyak yang tidak fokus belajar apalagi harus full day.

Saya sebagai seorang guru berpendapat moderat saja lah. hehe. Memang program lima hari sekolah ada sisi positifnya, terutama dilihat dari kesempatan libur atau untuk keluarga memiliki waktu lebih, yakni hari Sabtu dan hari Ahad. Tapi, apa iya Sabtu dan Ahad semua guru bisa sinergi membersamai keluarga, karena tidak sedikit sekolah yang masih menerapkan Sabtu Ahad masih ada kegiatan yang melibatkan guru, sehingga SAMA saja. Berbedanya hanya formal dan informal saja. 

Dampak kurang baiknya dari program ini bisa dilihat dari resistensi guru dan peserta didik yang harus fokus belajar dan mengajar full day, bahkan tidak jarang siswa pulang ke rumah sudah menjelang malam, karena selepas KBM masih ada ekstra kurikuler dan sebagainya. Ketika di rumah guru maupun peserta didik tinggal menyisakan keletihan yang sangat, mengantuk dan sebagainya, sehingga kebersamaan dengan keluarga menjadi sangat tidak baik.

Finally, apapun pendapat kita, yaa kita saling menghargai pendapat masing-masing. Semampu kita untuk melakukan kebijakan tersebut. Dan kuatkan ruhiyah kita, meskipun minim kebersamaan dengan keluarga kita, Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang akan menjaga dan memenuhi semua kebutuhan mereka. Semoga semakin maju dan bermartabat pendidikan di negeri tercinta kita ini.

Subscribe to receive free email updates: